Info Kegiatan

 
 

Pesta Puisi Tiga Kota

SYEKHUNA Almuakrom Kyai Acep Zam Zam noor menyebut tak setiap orang yang menulis puisi disebut penyair.

Karena untuk mencapai makom penyair harus berdarah darah. Kepenyairan seseorang itu ibarat landihan pada ajengan, artinya, orang lain lah yang menyebut kita penyair.

Hal ini disampaikan Penyair kawakan asal Bandung Matdon, dalam orasinya di acara Pesta Puisi Tiga Kota (PPTK), di Gedung Indonesia Menggugat Bandung, Minggu (1/2/2015) lalu. Pesta Puisi merupakan perayaan sastra yang digelar di tiga kota, yakni Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar.

Menurut Matdon Puisi selalu membawa bahagia, meski tak menjamin seseorang masuk syurga. Terpenting, adalah bagaimana puisi menjadi muara kesadaran transendental manusia. Kesadaran yang utuh.

“Puisi bagi saya adalah kesaksian hidup, kesaksian terhadap kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya, agama, serta cinta” katanya.

"Sebaiknya memang puisi menjadi 'agama', Jika tidak, maka akan lahir penyair cabul, penyair proposal," Katanya.

Selain berorasi Matdon juga tampil membacakan puisi karya sendiri. Apalagi saat membaca puisi andalannya “Ustadz Televisi” yang menyindir eksistensi para Ustadz di televisi dengan segala macam atribut selebritasnya.

Selain Matdon, penyair yang juga tampil dalam Pesta Pusia di antaranya Ratna Ayu Budhiarti, Ratna M Rachiman, Semi Ikra Anggara, Deddy Koral, Faisal Syahreza, dan penyair tamu dari Yogyakarta Saut Situmorang. Mereka membacakan karya sendiri dan puisi karya Matdon. Acara lebih hangat karena dimeriahkan penampilan musisi balada Adew Habtsa, Mukti-Mukti dan Sisca Guzheng Harp yang juga membawakan lagu dari puisi karya Matdon.

Selain di Bandung, Pesta Puisi 3 Kota digelar di yogyakarta 4 Februari 2015, dan di Denpasar Sabtu, 7 Februari 2015. Hadir dalam kesempatan ini penyair tamu Saut Situmorang.

Brilliant Awal

Sumber: galamedianews.com