+62 812 245 6452
Your shopping cart is empty!
Bagiku yang hidup di Ranah Minang ini, di samping segala kegembiraan yang kuperdapat, hatiku juga terenyuh dan menangis. Aku ingat akan teman-teman semasa muda, teman-teman semasa sekolah, teman-teman sependeritaan dalam tahanan, teman yang diambil dari tahanan dan dibunuh orde baru tanpa diketahui entah di mana kuburnya.... Teringat sanak saudara dan handai taulan yang masih punya hak hidup dengan umur sudah dikategorikan lanjut usia, tapi belum juga terselesaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Republik Indonesia tercinta ini.
Teringat daku akan semuanya itu! Hatiku menangis...
Kenangan Enam Lima
Nyawa-nyawa enam lima
Sisa-sisa tangan berdarah
Dihukum tanpa hukum
Pahit dari segala pahit
Pedih dari segala pedih
Namun derita air mandi
Yang pergi bersama si culik
Di tanah mana mereka ditidurkan
Azab apa mereka dibuatkan
Hidung-hidung terus mencium
Situjuh – Atar – Bukit Lampu lainnya
Tulang-tulang tertimbun tanah
Ribuan hanyut ke sungai
Buku ini kutulis berdasarkan pengalaman sebagai seorang tapol setelah selesai masa tahanan selama dua belas tahun dari penjara ke penjara di Sumatera Barat.
Sy. Datuk R.A.
Tags: memoar, genosida, Sy. Datuk R.A.