+62 812 245 6452
Your shopping cart is empty!
Berbeda dengan puisi-puisi Opik yang ada di buku terdahulu, puisinya saat ini penuh perenungan dan sunyi, nyaris tidak ada kritik, kecuali ia mampu membahasakan kehidupan sehari-hari dengan fasih, bahkan menertawakan dirinya sendiri.
Matdon, Rois ’Am Majelis Sastra Bandung
Di hadapan puisi karya Opik, kita tahu, bahwa kepenyairan telah memberi kedalaman dan kesetiaan untuk memilih puisi menjadi medan ekspresi serta daya hidup yang tidak henti-hentinya.
Doddi Eka Pratama
Banyak sudah kalimat-kalimat yang tertumpah ruah dari seorang Opik Geulang..
Yang jadi inspirasi bagi kami.. para difabel.. untuk selalu berjuang.. dengan segala polah dan ragam ceritanya..
Djumono, Koordinator Forum Perjuangan Difabel Jawa Barat
Opik selalu setia dan selaras antara hati, pikiran, dan jiwa. Menjadikannya sebagai penulis buku puisi yang sangat original. Suatu kelebihan yang luar biasa. Meskipun Opik penyandang disabilitas (cerebral palsy), dia tetap ingin agar hidupnya bermanfaat bagi sesama melalui bukunya dan kegiatannya sebagai talent Smile Motivator. Terus Opik, Make a Million Smile!
Handy Sundjaja
Opik adalah seorang pencari kebenaran. Di dalam keter-batasannya yang sulit berucap, Opik mampu menerawang menembus batas pengertian. Puisi-puisi Opik sekarang adalah hasil melihat, mengalami, dan merenungi kehidupan. Opik mempunyai hati yang lembut dan pribadi yang selalu ingin memberi. Dia rela menanggung kesakitan agar orang dekatnya berbahagia. Hidupnya adalah puisi sendiri.
Denni Yohanes
Taufik Hidayat atau Opik—begitu ia biasa dipanggil—lahir di Bandung, 23 Maret 1975. Sekarang tinggal di Kompleks Riung Bandung, Jln. Keadilan 4 No.17, Bandung. Menulis puisi sejak SMP. Aktif di beberapa komunitas seperti Bengkel Kreasi Gapat, Sanggar Olah Seni, Majelis Sastra Bandung, Yayasan Sidikara Bandung, Bandung Independent Living Center (BILiC), dan Smile Motivator.
Tahun 2010 meluncurkan buku kumpulan puisi yang pertama berjudul Isi Otakku (Ultimus, 2010). Buku kedua, antologi puisi bersama Muhammad Budi Pramono, terbit dengan judul Ruang Sunyi (Ultimus, 2013).