0 item(s) - Rp 0
  • Baru 81

Buku kumpulan puisi ini terbit atas dorongan kawan‐kawan aktivis yang sejak lama menentang rezim orde baru dan inkarnasinya yang masih berpengaruh sampai hari ini. Lantas apa hubungannya puisi yang saya tulis dengan politik rezim orde baru? Ini bagi saya sejak tahun 1960‐an bersama‐sama dengan penyair Beni Tjung, Amarzan Lubis, T. Iskandar A.S. sering diskusi di Cidurian 19, Jakarta Pusat. Kadang dikomandani penyair S. Anantaguna. Bahwa seni dan ilmu sumbernya Rakyat, maka seni harus diabdikan kepada Rakyat. Mengabdi kepada Rakyat tidak bisa tidak harus menyuarakan hati dan pikiran Rakyat. Menyuarakan hati dan pikiran Rakyat yang berjuang lepas dari kemiskinan dan penindasan dari sistem kapitalis tak pelak lagi harus bersenjatakan politik sebagai panglima. Bagi seniman yang mengabdi kepada Rakyat menyadari bahwa, segala hal‐ihwal yang berada dalam kehidupan sehari‐hari adalah hasil dari keputusan politik. Perang atau damai adalah keputusan politik, miskin atau tidak miskin adalah keputusan politik. Buku kumpulan puisi Baru 81 ini nyaris semuanya hasil pemberontakan politik saya terhadap penindasan orde baru. [Toto Muryanto]

 

Toto Muryanto beserta puisi‐puisinya adalah sinergitas ideologi, gerak, dan ucapan. Konsisten membakar, menyalak, memorakporandakan jiwa‐jiwa gelisah yang sadar akan terpasungnya revolusi. Tulisan‐tulisannya itu jelmaan realitas, sejarah yang dibangkitkan dari kubur, wajah‐wajah tertidur yang ditampari hingga terbangun, bom atom bagi muda‐mudi yang renta dalam geliat juangnya padahal belum senja usia. [Milla Joesoef]

 

Setelah saya membaca, kesan kuat keberpihakan Toto Muryanto terhadap mereka yang lemah: lemah karena pilihan ideologi, lemah karena ditindas oleh kekuasaan, lemah karena miskin secara ekonomi, dan terhadap mereka yang lemah karena kemanusiaannya ditelantarkan oleh negara. Menurut hemat saya, inilah letak keotentikan puisi‐puisi Toto Muryanto. Membaca keseluruhan puisi‐puisi Toto Muryanto, baik dalam buku ini maupun dalam status‐status Facebook, saya berani mengatakan bahwa Toto Muryanto adalah seorang Marhaen sejati. [Hock Windah]

 

TOTO MURYANTO lahir di Gombong, 23 Desember 1939. Tahun 1960–1962 menjadi redaktur kebudayaan “Indonesia Muda” Bintang Timur. Tahun 1962–1965, anggota redaksi majalah tani Pembangun Desa dan Suara Tani.  

 

Write a review

Please login or register to review

Baru 81

  • Penerbit : Ultimus
  • Cetakan : 1, Des 2021
  • Pengarang: Toto Muryanto
  • Halaman : xviii, 286
  • Dimensi : 14.5 X 21.0 cm
  • ISBN : 978-623-97148-2-6
  • Availability: 20
  • Rp 65,000


Related Products

Aku Hadir di Hari Ini

Aku Hadir di Hari Ini

HR. BANDAHARO, penyair angkatan Pujangga Baru, lah..

Rp 35,000

Pelita Keajaiban Dunia

Pelita Keajaiban Dunia

Nurdiana adalah nama pena dari Suar Suroso, buku k..

Rp 30,000

Nyanyian dalam Kelam

Nyanyian dalam Kelam

Membaca kumpulan puisi Nyanyian dalam Kelam serasa..

Rp 20,000

Puisi-Puisi dari Penjara

Puisi-Puisi dari Penjara

Membaca puisi-puisi Sabar Anantaguna serasa membac..

Rp 30,000

Cerita untuk Nancy

Cerita untuk Nancy

Puisi-puisi Mawie keren banget, menghadirkan aura ..

Rp 33,000

Jelita Senandung Hidup

Jelita Senandung Hidup

Irama puisi lama, pengaruh Pujangga Baru, dan kada..

Rp 30,000

Mawar Merah

Mawar Merah

CHALIK HAMID dilahirkan di kota Kisaran, Kabupaten..

Rp 28,000

Dendam Sejarah

Dendam Sejarah

Yang disajikan di dalam buku ini merupakan buah ha..

Rp 150,000

Anatomi Sunyi

Anatomi Sunyi

ANATOMI SUNYI merupakan kumpulan 50 puisi dan 10 k..

Rp 80,000

Kesaksian

Kesaksian

Puisi‐puisi Rahmat Jabaril merupakan bentuk kesaks..

Rp 50,000

Tags: puisi, genosida, Toto Muryanto