+62 812 245 6452
Your shopping cart is empty!
Puisi‐puisi Rahmat Jabaril merupakan bentuk kesaksian dari waktu ke waktu berkaitan dengan pandangan hakikat hidupnya pada realitas peristiwa. Membaca puisi Jabaril, tidak hanya menawarkan aspek sejarah, namun memberikan makna pada sejarah yang menjadi potret bangsa Indonesia. [Ika Ismurdiyahwati]
Kang Rahmat, sebagai pelaku tariqah dalam ungkapan religinya penuh dengan kelembutan dan adem. Dalam menghadapi persoalan, manusia hendaknya jangan lepas dari wirid atas Sang Gaib. Karena sesungguhnya pada akhirnya semua itu adalah kegaiban dan absurd. Manusia hanyalah pelaku dalam menapaki garis takdir yang juga gaib itu. Kang Rahmat adalah pelaku yang senyatanya dalam hiruk pikuk bebrayan kehidupan, bukan sekadar pengamat yang kemudian berorasi lewat puisi. [Sunu Catur Budiyono]
Bertemu dengan Rahmat Jabaril, seperti saya bertemu dengan suatu sosok yang membuka dan menguak ruang perbincangan bukan sekadar kesenian yang kenes di berbagai galeri dengan obrolan snobisme yang dipenuhi oleh kutipan teori. Di hadapannya, kita dibentangkan sejumlah kasus dan analisis tentang suatu kondisi yang kasat mata, yang membuka mata dan nurani kita, dan menyodorkan pertanyaan, hendak ke mana langkah kesenian kita ayunkan, menuju ke arah mana. Pada titik yang lain, Rahmat Jabaril juga memberikan sejenis solusi praktis bagi mereka yang berminat kepada masalah‐masalah sosial berkaitan dengan posisi dan fungsi kesenian. Sejumlah pengalaman yang menggumpal dari rentang perjalanan hidupnya melahirkan permenungan dan refleksi yang penuh makna, bobotnya kuat berkaitan dengan berbagai kasus yang diselaminya selama puluhan tahun sebagai seniman. Dia bukan intelektual sirkus yang lidahnya basah oleh keju dan mentega dari lapisan roti di suatu coffee shop. [Halim HD]
Tags: puisi, Bandung, Rahmat Jabaril